![]() |
Gambar Mahasiswa STIT Al-Muslihuun Bentangkan Bendera Mugiwara One Piece |
Setiap tanggal 17 Agustus, langit Indonesia selalu dihiasi merah putih yang berkibar gagah di setiap lapangan. Suara lantang “Indonesia Raya” berkumandang, mengingatkan kita pada perjuangan para pahlawan yang merebut kemerdekaan dengan darah dan air mata.
Namun, ada satu pemandangan unik usai upacara kemerdekaan tahun ini: 15 Mahasiswa STIT AL-MUSLIHUUN justru membentangkan bendera Mugiwara—tengkorak dengan topi jerami, lambang bajak laut Straw Hat Pirates dari anime One Piece.
Awalnya, banyak yang heran. Apa hubungan bendera bajak laut fiksi dengan perayaan kemerdekaan? Bukankah itu hanya sekadar simbol dari dunia imajinasi Luffy dan kawan-kawan? Namun, jika ditelusuri lebih dalam, membentangkan bendera Mugiwara ternyata tersirat sebuah makna, terutama bagi generasi muda. Seperti yang tertera pada artikel dibawah ini :
https://www.detik.com/jatim/berita/d-8050005/asal-usul-bendera-one-piece-si-bajak-laut-topi-jerami
Dari Samudera Fiksi ke Samudera Kehidupan Nyata
Luffy dan kru Mugiwara dikenal sebagai kelompok bajak laut yang berlayar tanpa rasa takut. Mereka tidak tunduk pada pemerintah dunia, tidak mau terikat aturan yang mengekang, dan berani memperjuangkan mimpi masing-masing. Bagi mereka, bendera Mugiwara adalah simbol harga diri, persatuan, dan kebebasan.
Seperti pada artikel dibawah ini yang mengatakan bahwa, bendera Mugiwara One Piece menggambarkan identitas harga diri:
Bukankah itu juga yang kita rayakan setiap 17 Agustus? Indonesia merdeka karena para pejuang menolak tunduk pada penjajahan.
Mereka, seperti Luffy, memilih jalannya sendiri meski penuh bahaya. Maka, pembentangan bendera Mugiwara usai setelah selesai upacara 17 Agustus bisa dimaknai sebagai cara generasi sekarang mengekspresikan semangat kemerdekaan dengan bahasa mereka sendiri.
Kemerdekaan Itu Kebebasan
Bagi anak muda, kebebasan tidak selalu berarti bebas dari penjajah bersenjata. Kebebasan bisa berarti bebas berekspresi, bebas berkarya, bebas bermimpi tanpa takut dihakimi. Sama seperti Luffy yang bermimpi menjadi Raja Bajak Laut, anak muda Indonesia pun berhak bermimpi setinggi mungkin, entah jadi ilmuwan, seniman, petani sukses, rektor kampus, atau bahkan pemimpin bangsa.
Merah Putih dan Mugiwara: Dua Simbol, Satu Semangat
Pada akhirnya, bendera merah putih tetaplah lambang utama bangsa Indonesia—tidak ada yang bisa menggantikannya. Tapi membentangkan bendera Mugiwara di momen kemerdekaan memberi warna baru: generasi muda tetap menghormati perjuangan pahlawan, namun juga berani mengekspresikan mimpi dengan cara kreatif.
Seperti Luffy yang selalu berkata bahwa ia akan menjadi Raja Bajak Laut, anak muda Indonesia pun bisa berkata lantang:
“Aku akan menjadi versi terbaik dari diriku sendiri!”
Meski begitu, peristiwa ini juga menjadi pengingat bahwa semangat kemerdekaan harus terus disesuaikan dengan zaman. Jika dulu pahlawan kita berjuang dengan bambu runcing, kini generasi muda berjuang dengan kreativitas, inovasi, dan karya nyata. Membentangkan bendera Mugiwara bukan berarti melupakan merah putih, melainkan menghadirkan simbol baru yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari anak muda yang tumbuh bersama budaya populer.
Wajah Baru Nasionalisme
bukan sekadar mengenakan atribut formal atau mengulang tradisi seremonial, tetapi juga memaknainya dengan cara yang relevan. Jika bendera Mugiwara mampu membuat mahasiswa lebih bersemangat menghargai arti kebebasan, maka di situlah nilai kemerdekaan hidup kembali dalam bentuk yang segar.
Kita juga belajar bahwa kemerdekaan bukanlah titik akhir, melainkan perjalanan panjang. Sama seperti kru Mugiwara yang selalu menghadapi badai, rintangan, dan musuh besar dalam pelayaran mereka, bangsa Indonesia pun akan terus berhadapan dengan tantangan global: teknologi, ekonomi, dan perubahan sosial. Butuh keberanian, solidaritas, dan keyakinan untuk terus berlayar menuju masa depan.
Dengan demikian, momen kecil dari 15 mahasiswa STIT AL-MUSLIHUUN yang membentangkan bendera Mugiwara di Hari Kemerdekaan dapat dilihat sebagai simbol optimisme generasi muda. Mereka ingin menunjukkan bahwa perjuangan pahlawan tidak berhenti di buku sejarah, tetapi diteruskan dengan semangat baru yang lebih kreatif, berani, dan penuh imajinasi.
Dan mungkin, suatu saat nanti, generasi inilah yang akan menjadi nakhoda bagi bangsa Indonesia, membawa kapal besar bernama “Negeri Merah Putih” berlayar semakin jauh, menembus samudera dunia dengan gagah berani.
Penulis : Ubaid Dimas
0 Komentar